Skip to content

Dua Tahun Dimas Arfa Ramadya, Tahapan Gerakan Dasar Tahap Awal

26/09/2013
tags: ,

Melewati usia dua tahun tepatnya menjelang bulan ke 26 usia Dimas, ada beberapa catatan yang sempat terekam dalam pengamatan secara langsung dan tidak langsung dari kacamata seorang ayah dari dua anak perempuan (Alya dan Khanza) serta satu anak laki-laki (Dimas Arfa Ramadya). Pada bulan September ini sampai minggu ketiga kebersamaan dalam keluarga lebih banyak dalam menemani buah hati dan istri, terutama pagi menjelang keberangkatan sekolah Alya di kelas dua SDIT Darul Mutaqin dan adiknya Khanza di TK Azkia. Hingga minggu ketiga bulan ini, kegiatan rutin di tempat bekerja masih berkutat di ruang kerja. Berbeda sejak beberapa bulan sebelum Agustus lebih banyak kegiatan berlangsung jauh dari tempat base kantor. Bahkan saat bulan Juli dari hasil rekaman file uang makan yang terlampir hanya tercatat tiga hari, sehingga jatah uang makan yang masuk di rekening tidak lebih dari seratus ribu. Itu bukan karena bolos (malas) kerja tetapi karena kegiatan kantor dan pengembangan diri berlangsung di luar kantor yang terus sambung menyambung.

Pertumbuhan fisik Dimas dalam pengamatan sangat normal dengan postur tubuh yang padat berisi (tidak terlalu gemuk), apalagi dari aktifitas keterampilan geraknya yang aktif. Seringnya saat pagi sebelum pukul 6 sudah bangun dan beraktifitas di luar rumah walaupun kakak-kakaknya asyik dikamar nonton televisi, biasanya bermain di halaman rumput dengan memainkan bola yang sudah sedikit terkelupas kulitnya dan agak ringan. Bola ini sebenarnya sudah ada lebih dari lima tahun semenjak kakaknya Alya masih kecil, dulu diberi dua bola dari Om Jemiran di Sunter sewaktu masih menjadi Pengawas Sekolah SD di Kecamatan Senen Jakarta Pusat yaitu satu bola voli dan bola sepak yang memiliki labelnya Molten. Makanya sejak Dimas berusia sebelas bulan yang sudah dapat menapakkan kedua kaki melangkah sering bermain di rumput samping teras rumah dengan bola itu dan bola karet yang lebih kecil. Berbeda dengan kakak-kakaknya yang hanya bermain di teras rumah, atau mungkin karena waktu kakaknya masih kecil halamannya bersemen sehingga tidak ada suasana lain. Di samping rumah dan samping teras  dari empat tahun yang lalu sengaja kami tanami rumput (rumput tersebut sering disebut rumput gajah mini, yang banyak dibudidayakan oleh petani di sekitar daerah Sawangan), agar ada suasana berbeda untuk tinggal di komplek perumahan yang tidak memiliki taman khusus sebagai fasilitas sosial.

Image

Halaman rumput samping rumah Dimas

Kembali ke catatan Dimas, setelah memasuki usia dua tahun ini dari segi keterampilan banyak hal yang sudah dilakukan seperti; sejak usia 15 bulan dapat berjalan di kolam air (kedalaman setinggi perutnya), bermain di air (kedalaman air sebatas perut dan sebahu anak), melompat dari pinggir kolam, memanjak pagar BRC samping peganganpaling atas di pagar, menuntun sepeda roda dua (milik kakaknya dan sepeda Polygon seri Helios F 300 ayahnya). Untuk keterampilan berbicara Dimas belum banyak menguasai kosa kata untuk diucapkan, jadi bahasa planet yang terucap sebagai alat komunikasi. Begitu pula dari segi sosialisasi sering menyapa dengan teriakan, baik pada orang dewasa yang dikenal maupun anak-anak.

Diams Usia 2 tahun sering belajar menuntun sepeda kakak dan ayahnya

Dimas Usia 2 tahun sering belajar menuntun sepeda kakak dan ayahnya

Jika dihubungkan dengan keterampilan gerak dasar, beberapa keterampilan gerak dasar yang sudah dikuasai Dimas pada keterampilan stabilitas (nonlokomotor) yaitu: membungkuk, meregang, memutar tubuh, mengayun tangan dan kaki, mengatur keseimbangan. Sedangkan pada keterampilan lokomotor sudah menguasai antara lain; berjalan, berlari, melompat, meluncur di luncuran kolam, memanjat. Dan untuk keterampilan dasar manipulasi beberapa hal yang sudah dilakukan antara lain; melempar bola kecil, melempar bola besar dengan dua tangan, menyepak, menggelindingkan bola.

Menjelang usia 2 tahun Dimas sering memanjat pintu pagar halaman

Menjelang usia 2 tahun Dimas sering memanjat pintu pagar halaman

Setelah melewati usai dua tahun sebagaimana yang dikemukakan oleh David L. Gallahue termasuk fase gerakan dasar. Gallahue mengklasifikasikan tahab perkembangan gerak menjadi empat (Fase Gerakan Reflektif, Fase Gerakan Kasar, Fase Gerakan Dasar, dan Fase Gerakan Khusus). Dari keempat fase tersebuh dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. Tahap gerakan refleksif, gerakan yang pertama kali dilakukan oleh janin bersifat refleksif. Refleks adalah gerakan yang bersifat tidak sengaja yang membentuk dasar tahap perkembangan motorik. Gerak refleksif pada janin dan bayi yang baru lahir dianggap sebagai fase pertama dari perkembangan motorik. Pada masa janin sampai 4 bulan disebut tahap penguraian informasi, dan usia 4 bulan sampai 1 tahun disebut tahap penerimaan informasi.
  2. Tahap gerakan kasar,  tahap hambatan refleks (tahap hambatan refleks pada tahap pergerakan dasar mungkin dianggap sebagai permulaan kelahiran) dan tahap Pra-awas (setelah anak berumur sekitar 1 tahun, anak mulai melakukan ketelitian dan pengawasan terhadap gerakan mereka).
  3. Tahap gerakan dasar, kemampuan gerakan dasar pada anak-anak merupakan hasil pertumbuhan tahap perkembangan dasar pada bayi. Tahap perkembangan motorik tersebut adalah; usia 2 sampai 3 tahun disebut tahap awal, (menyajikan tujuan pertama anak-anak ketika berusaha untuk menampilkan kemampuan dasar), usia 4 sampai 5 tahun disebut tahap dasar, (meliputi kontrol yang lebih besar dan koordinasi ritme gerakan dasar yang lebih baik), usia 6 sampai 7 tahun disebut tahap dewasa/ matang), (karakteristk gerakan efisien, terkoordiasi dan terkontrol).
  4. Tahap gerakan khusus, pada tahap ini sudah terbentuk dasar keterampilan stabilitas, lokomotor dan manipulasi yang sudah di kombinasi dan kolaborasi dengan beberapa jenis keterampilan. Kemampuan gerakan khusus adalah perkembangan dari fase gerakan dasar. Selama fase ini, gerakan menjadi alat yang diterapkan pada berbagai kegiatan gerakan yang komplek untuk hidup sehari-hari, seperti rekreasi dan kegiatan olahraga. Ini adalah masa-ketika stabilitas lokomotor mendasar dan keterampilan manipulatif secara progresif yang disempurnakan, digabungkan dan diuraikan untuk digunakan dalam situasi yang semakin menuntut. Tingkat keterampilan pada gerakan khusus tergantung pada berbagai tugas individu dan faktor lingkungan seperti: waktu reaksi, kecepatan gerakan, tipe tubuh, tinggi badan, kebiasaan dan tekanan dari teman sebaya. Fase gerakan khusus memiliki tiga tahapan yaitu :
  • Tahap transisi, sekitar usia 7 sampai 8 tahun anak-anak umumnya memasuki tahap keterampilan gerakan transisi, selama masa transisi ini individu mulai untuk menggabungkan dan menerapkan keterampilan-keterampilan gerakan dasar untuk kinerja keterampilan khusus dalam olahraga dan kegiatan rekreasi, berjalan diatas jembatan tali, lomppat tali dan bermain sepak bola adalah contoh keterampilan transisi umum.
  • Tahap aplikasi, usia 11 sampai 13 tahun ini perubahan yang menarik terjadi dalam pengembangan  menjadi keterampilan individu. Selama tahap sebelumnya, kemampuan anak terbatas pada kemampuan kognitif, kemampuan afektif dan pengalaman dikombinasikan dengan keinginan alami untuk menjadi aktif. Pada tahap aplikasi, peningkatan kecanggihan kognitif memperluas basis pengalaman yang memungkinkan individu untuk belajar banyak dan membuat keputusan partisipasi berdasarkan berbagai tugas indikator tersendiri dan faktor lingkungan.
  • Tahap pemanfaatan seumur hidup, usia 14 tahun yang berlanjut sampai dewasa ini merupakan puncak dari proses perkembangan motorik dan ditandai dengan penggunaan perbendaharaan gerakan yang diperoleh seumur hidup. Faktor-faktor seperti waktu yang tersedia, uang, peralatan, fasilitas, keterbatasan fisik dan mental mempengaruhi tahap ini. Antara lain, tingkat partisipasi seseorang akan tergantung pada bakat, kesempatan, kondisi fisik, dan motivasi pribadi.

Semoga tambahan penjelasan dari catatan ini dapat menjadikan referensi sebagai bahan dalam membekali keterdidikan gerak (motor educability) anak untuk masa-masa selanjutnya, karena keterampilan gerak sulit dimiliki pada setelah masanya. Sehingga bila kita melihat anak dari cara jalannya kurang pas, cara sikap berdirinya tidak tepat, cara berlarinya masih belum efektif dan sebagainya, kita harus jeli dan peduli untuk memperbaikinya.

Jangan sampai sebagai orang tua menyesal, jika telah memasuki usia dewasa ditemukan pada alas sepatu yang terkikis lebih awal pada tumit bagian samping, baru menyadari bila cara jalannya ternyata tidak baik karena kaki sedikit keluar (ngengkang; bahasa jawa), sehingga setelah dewasa sulit untuk memperbaiki sikap jalannya. Berbagai sikap tubuh dan bergerak manakala disadari oleh individu maka dapat sebagai bentuk rasa syukur dari salah satu respek perilaku anak.

Pustaka:

Gallahue, David L, Motor Development and Movement Experiences. New York: John Wiley & Son, inc. Tahun 1975

No comments yet

Leave a comment